Penulis : Fauzi Ibrahim, Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Arab, Fakultas Ilmu Budaya, UAI.
Siapa di sini yang tahu apa itu Arab pegon? Atau pernah sekilas mendengar perihal istilah tersebut? Kalau belum, yuk kita bahas apa sih itu Arab pegon.
Bagi orang umum atau awam, mungkin menjadi hal yang baru mendengar Arab Pegon. Namun, tidak untuk kalangan santri. Karena, walaupun tidak semua, sebagian dari mereka pasti mengenal dan mempelajari apa itu Arab pegon. Latar belakang munculnya fenomena Arab pegon itu tidak lepas dari masuknya Islam ke Indonesia.
Menurut Moertono, 1983, dikutip Titik Pudjiastuti dalam Tulisan Pegon: Wujud Identitas Islam-Jawa, Abad ke-15-16 adalah periode waktu yang sangat penting dalam sejarah politik Jawa, karena pada periode ini dianggap sebagai masa transisi, transisi perubahan kekuasaan dari Majapahit yang beragama Budha ke Mataram yang beragama Islam.
(Tercantun gambar tulisan Arab Pegon “aku suka sama kamu” | Instagram @Kholil_kaligrafer)
Pada masa tersebut, masyarakat tidak hanya diperkenalkan dengan Islam sebagai agama baru, namun, mereka juga diperkenalkan dengan kebudayaannya, salah satunya adalah tulisan. Dampak dari penetrasi islam ini, muncullah peradaban baru atau akulturasi yang disebut de Graaf dan Pigeaud sebagai peradaban Islam-Jawa.
Akulturasi tersebut menciptakan sekarang yang kita kenal dengan Arab pegon atau huruf pegon. Arab pegon sendiri berarti menyimpang. Memang jika ditelaah secara kaidah, hal tersebut menyimpang, baik dari segi literatur Arab maupun Jawa. Bagaimana tidak, huruf atau aksara yang digunakan merupakan huruf Arab namun bahasa yang dipakai merupakan Bahasa Jawa. Namun, perlu dititikberatkan bahwa Arab pegon tidak selalu berbahasa Jawa, melainkan bisa digunakan juga sesuai dengan bahasa daerah masing-masing. Semisal Arab pegon Melayu, kata saya ditulis menjadi ???.
Hingga saat ini Arab pegon masih dipelajari di pesantren-pesantren tradisional. Hal tersebut guna menjaga budaya agar tetap lestari. Perlu diketahui juga bahwa terdapat kitab atau buku dari ulama-ulama nusantara terdahulu yang ditulis menggunakan huruf pegon. Hal tersebut menjadi salah satu alasan pondok pesantren tradisional masih mempelajari Arab pegon.
Adapun guna turut serta menjaga kelestarian Arab pegon, Universitas Al-Azhar Indonesia, kampus Islam terakreditasi unggul, melalui prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab menghadirkan mata kuliah tersebut dalam kurun waktu dua semester. Tidak perlu khawatir bagi yang belum tahu sama sekali apa itu Arab pegon, karena dalam dua semester tersebut para mahasiswa akan mempelajarinya dari nol.
Mahasiswa tidak hanya dilatih secara teoritis, tapi para mahasiswa juga akan diminta praktik untuk membacakan naskah-naskah kuno yang ditemuinya, tentu yang menggunakan Arab pegon. Adapun mata kuliah yang menampung sub keilmuan tersebut adalah Filologi. Nantinya mahasiswa akan belajar perihal manuskrip atau naskah-naskah kuno.