Penulis: Mardiana Saraswati, Mahasiswi Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, UAI
Istilah ‘gizi’ dan ‘nutrisi’ sangat akrab di telinga masyarakat, terlebih karena istilah ini kerap digunakan dalam pemberitaan media, baik program penyuluhan di bidang kesehatan, iklan layanan masyarakat atau komersial, maupun pembahasan dalam pembicaraan sehari-hari.
Namun demikian, banyak yang belum menyadari bahwa kerap kali masih terjadi kekeliruan dalam penggunaan terminologi ‘gizi’ dan ‘nutrisi’, yang bukan hanya terjadi di lingkungan masyarakat awam saja, tetapi juga terjadi di kalangan profesional, akademisi dan praktisi, bahkan penggiat ilmiah. Masih banyak diantaranya yang menyebut istilah gizi dengan sebutan nutrisi, padahal ini keliru, sehingga perlu segera diluruskan.
Penggunaan kata ‘gizi’ di Indonesia berasal dari istilah ‘nutrition’ dalam bahasa Inggris yang artinya ‘makanan’. Dengan kata lain, ‘gizi’ merupakan zat-zat (makanan) yang dibutuhkan tubuh.
Sementara istilah ‘nutrisi’ juga berasal dari bahasa Inggris, yakni ‘nutrient’ yang berarti ‘zat yang diperlukan oleh organisme untuk hidup, tumbuh dan berkembang’. Jadi nutrisi merupakan proses tubuh dalam menyerap dan menggunakan makanan. Dalam penggunaannya, istilah nutrisi umumnya lebih sering ditujukan pada ternak dan unsur hara bagi tumbuhan.
Meski memiliki pengertian yang berbeda, namun keduanya, gizi dan nutrisi ini, saling melengkapi dan memiliki peranan yang sangat penting untuk kesehatan.
Gizi berhubungan erat dengan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, yang mengandung komponen karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air. Keseluruhan komponen inilah yang disebut dengan istilah ‘gizi’ (nutrition’) atau zat-zat makanan yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Dalam bidang kesehatan, istilah gizi sering digunakan untuk memonitor status gizi dengan beberapa tingkatan, yaitu gizi lebih, gizi baik dan gizi kurang. Misalnya kondisi tubuh seseorang dengan berat berlebih (overweight) sebagai dampak pola makan yang tidak terkendali karena terpicu oleh stress.
Pernah dengar penggunaan istilah ‘pakan’ ternak? Nah, zat-zat yang terkandung dalam pakan yang secara khusus ditujukan bagi jenis hewan dan tumbuhan inilah yang dimaksud dengan nutrisi (nutrient).
Kebutuhan nutrisi dalam pakan ternak hampir sama seperti makanan (gizi) yang dibutuhkan oleh manusia, diantaranya protein, vitamin, air, serta unsur anorganik dan mineral. Istilah nutrisi sebenarnya lebih sering digunakan oleh kalangan ilmu peternakan dan kedokteran hewan untuk kepentingan pengembangan keilmuan di bidang peternakan dan kedokteran hewan.
Meskipun sekilas memang mirip, namun perbedaan penggunaan juga bisa membedakan arti atau maknanya. Penggunaan yang tepat akan mengurangi kebingungan dan memudahkan dalam memahami informasi tentang gizi.
Pendidikan tentang Gizi mendapatkan atensi dari salah satu kampus swasta Islam yang meraih Akreditasi Unggul, Universitas Al-Azhar Indonesia. Prodi Gizi sendiri telah meraih Akreditasi Baik Sekali.
Penerapan kurikulum di bidang Gizi diterapkan dengan spesialisasi Gizi Klinik, Gizi Masyarakat, Gizi pada Manajemen Jasa Makanan, dan Gizi Berbasis Halal Nutripreneur.
Program studi Gizi ini berada di bawah naungan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Al-Azhar Indonesia (FST UAI) yang juga membuka Prodi Bioteknologi, Teknologi Pangan, Informatika, Teknik Elektro, dan Teknik Industri.
Prodi Gizi FST UAI menyediakan Laboratorium Gizi, yang didirikan sejak tahun 2020 untuk memfasilitasi kegiatan praktikum dan penelitian mahasiswa dan dosen di bidang gizi. Laboratorium Gizi telah berkembang dan menyediakan fasilitas yang memadai untuk kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Selain kegiatan pendidikan, Seminar Gizi juga diselenggarakan oleh Prodi Gizi FST UAI yang antara lain membahas strategi diversifikasi pangan yang tidak hanya penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk mencapai kedaulatan dan kemandirian pangan. Seminar ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, yang memproyeksikan 70% penduduk berada pada usia produktif.
Program-program seperti B2SA Go to School (BGTS) dan Gerakan Edukasi dan Pemberian Pangan Bergizi untuk Siswa (GENIUS) menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan status gizi anak-anak sekolah.