Penulis: Mardiana Saraswati, Mahasiswi Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, UAI
Interpreter menjadi salah satu profesi yang menjanjikan bagi lulusan pendidikan bahasa asing, karena ruang lingkup layanan untuk kebutuhan yang luas, diantaranya jasa interpreting (sulih bahasa), penerjemahan dokumen, pencatatan, pembuatan subtitle, transkipsi audio, dan lain sebagainya.
Menariknya, selain dapat menjalankan profesinya dengan bekerja sebagai pekerja lepas (freelancer) seorang Interpreter juga bisa menjadi agency owner.
Webinar Ngobral Seri 12 yang diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi swasta Islam terbaik di Jakarta, Universitas Al-Azhar Indonesia, menghadirkan Narasumber Dimas Rangga Wicaksono, S.E., M.Li. (Interpreter, Translator, English Lecturer, dan CEO of Talabahasa), dan moderator Dr. Li. Nurdiana, S.Psi., M.Hum. (Praktisi Bahasa dan Dosen S2 Linguistik Terapan UAI).
Animo terhadap webinar ini terbilang besar karena tercatat 238 pendaftar, dan saat berlangsungnya acara hadir melalui zoom sebanyak 124 orang.
Narasumber menjelaskan bahwa seseorang berpeluang mengembangkan bisnis bahasa jika menguasai Communications Skills dan Management Skills untuk mendukung profesi dan pekerjaannya, serta Networking, yang dimulai dengan membangun jejaring sesama interpreter dan translator.
Di Amerika Serikat, kesempatan ini terbuka karena kebutuhan jasa penerjemah meningkat dari tahun ke tahun, sebagaimana data statistik Nimdzi (2024), yang menunjukkan market growth periode 2018 s.d. 2023 yang menunjukkan rata-rata fluktuasi maksimal 7% dengan nilai nominal 67,9 milyar USD, dan forecast peningkatan rata-rata meningkat hingga 96,3 milyar USD pada periode 2024-2028.
Sementara di Indonesia, belum ada penelitian atau studi yang dilakukan mengenai industri penerjemahan (interpretasi) sehingga tidak ada angka pasti yang dapat diijadikan sebagai bahan acuan. Namun demikian, pada tahun 2023 tercatat angka 4.470 anggota Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI).
Lembaga yang mengadakan standarisasi kompetensi penerjemah dan juru bahasa di Indonesia, diantaranya Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) dan Lembaga Sertifikasi Profesi Universitas Indonesia (LSP UI).
Profesi interpreter juga berkaitan dengan teknologi informasi yang terus berkembang diantaranya dalam hal penggunaan Machine Translation, Generative AI, Word Bank, Project Management Tools, Speech-to-text platforms, dan sebagainya.
Strategi membangun karir sebagai penerjemah dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan (LBI UI, Trifecta K’demy, Lembaga Bahasa Atma Jaya, dll), menghadiri acara HPI, terlibat dalam kegiatan probono dan magang, serta berjejaring dengan penerjemah lain.
Narasumber mengakhiri pembahasan dengan memberikan ‘resep’ menjadi penerjemah, antara lain selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik, meminta masukan, terus meningkatkan kemampuan, dan menemukan bidang yang sesuai dengan peminatan (niche).
Universitas Al-Azhar Indonesia, yang meraih Akreditasi Unggul ini merupakan salah satu kampus swasta Islam terbaik di Jakarta, yang membuka Program Studi Magister Linguistik Terapan (MLIT UAI) untuk memenuhi kebutuhan ahli bahasa di bidang hukum (forensik) dan wirausahawan profesional di bidang penerjemahan dan pengajaran bahasa.
MLIT UAI menawarkan program Smart Digital Learning (SDL) untuk program Linguistik Terapan (S2). SDL bisa menjadi pilihan yang tepat bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan kuliah S2 sambil bekerja atau bagi mahasiswa yang terkendala jarak dan waktu, karena memiliki keunggulan diantaranya praktis dan fleksibel, hemat waktu dan biaya; kemudahan mendokumentasikan materi, dan sistem pembelajaran yang ramah dan mudah dijalankan (user friendly).
Sistem hybrid berbasis e-Campus yang dilengkapi Information Communication Technology (ICT) ini memberikan akses yang mudah dan fleksibel bagi mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang efektif, praktis dan efisien.
Memasuki era globalisasi dan informasi, bangsa Indonesia dituntut mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam era tersebut, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi suatu keharusan karena dapat menentukan kemampuan suatu bangsa untuk menang dalam persaingan. Keterkaitan global antarbangsa pada masa itu, juga menempatkan bahasa asing pada posisi yang sangat strategis.
Selain Program Linguistik Terapan (S2), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Al-Azhar Indonesia (FIB UAI) juga menyelenggarakan Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Arab, Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok, Bahasa dan Kebudayaan Inggris, serta Bahasa dan Kebudayaan Jepang.